oleh

Terjebak Kawin Talak Tiga

Amir dimasa mudanya termasuk salah seorang yang cukup bonafid bagi para cewek. Era 80 an dia salah satu yang sudah memiliki sepeda motor sendiri untuk berangkat dan pulang kuliah setelah merantau di kota Mataram. Kini umurnya sudah 50-an tahun menjalani sisa hidupnya dengan pekerjaan serabutan setelah terjebak dengan kawin ‘Talak Tiga’ atau yang disebut kawin Cina Buta.

Ditemui disebuah lokasi penggalian pipa daerah Dompu Amir tampak menghirup dalam-dalam rokok kretek, disampingnya ada secangkir kopi hitam tumbuk. Pekerjaan kini diakui cukup berat tetapi terpaksa dilakoni untuk menghidupi anak dan istrinya. Aura muda ganteng dan berwibawa Amir sudah tak terlihat lagi, terganti dengan wajah yang sudah mulai keriput dengan rambut awut-awutan dan memutih.

Nun jauh disana Amir sesekali mengenang masa mudanya yang dilalui dengan gemerlapnya kehidupan masa itu. Sebagai anak seorang angkatan laut tak mengalami kesulitan untuk bergaul. Teman wanitapun banyak menghampiri, asal dia mau perempuan mana saja atau model apa saja sanggup dipacarinya. Tetapi nasibnya berkata lain setelah dia terjebak dengan kawin ‘Cina Buta’ atau kawin talak tiga.

Ceritanya berawal ketika berteman dengan seorang pengusaha muda yang sudah berumah tangga dan memiliki istri yang berparas cantik nan jelita. Cerita kecantikan dan kemolekan istri temanya itu hanya diketahui dari cerita kecerita tak pernah bertemu sekalipun. Namun yang diketahuinya rumah tangga sang teman inipun sering kali terlibat bentrok dan tak akur. Sehingga tak heran mereka berdua kerap kali menghabiskan malam dipinggir jalan dan tempat hiburan.

Suatu ketika sang teman mengungkapkan berbagai persoalan rumah tangganya yang sudah tak bisa diselamatkan bahkan sudah dicereikan dengan talak tiga. Tetapi sang teman ingin sekali kembali kepangkuan sang istri dan menyayanginya sepenuh hati. Tetapi halanganya tidak bisa kembali lantaran telah ditalak tiga sehingga bila ingin rujuk mantan istrinya harus menikah dulu dengan pria lain.

Posisi inilah yang tak diinginkan oleh sang rekan, sebab istrinya harus ditiduri oleh pria lain lagi, padahal dia sangat mencintai dan menyayanginya, tepatnya dia tak rela tubuh istrinya yang putih mulus dan cantik celita dinikmati oleh pria lain. Tetapi terhadap sahabatnya itu dia mengaku rela asal Amir mau agar proses rujuk kembali menjadi syah sesuai dengan tuntutan agama Islam.

Oleh karena itu dalam suatu kesempatan berembuklah keduanya untuk meminta bantuan agar dapat menikahi sesaat saja, setelah itu dicereikan lagi dan rujuk kembali denganya. Untuk meyakinkan bujukan itu sang temanpun memberikan uang sebesar p 80 ribu yang saat itu nilainya cukup tinggi. Semula Amir sangat berat menerima tawaran itu.

Pertama yang dipikirkan apa tanggapan pacar-pacarnya yang ada dan kedua bahwa status akan segera menjadi duda. Tetapi setelah melalui pertimbangan matang dan setelah merasa iba dengan nasib rekanya, Amir akhinya menerima tawaran itu. Maka diaturlah jadwal pernikahan rekayasa hanya untuk memenuhi tuntutan dan kaidah Islam.

Selanjutnya kedua insan tersebut dinikahkan. Tetapi pertama kali memandang wajah calon istri sementaranya itu hati Amir berdegub seolah mau berhenti. Begitu cantik wanita yang duduk dihadapanya, rambutnya hitam mengkilat, kulit putih mulus dengan hidung yang standar wanita Asia. Ternyata setelah diselidiki wanita itu dilahirkan oleh wanita China dengan bapak pribumi.

Hati Amir sudah mulai berubah, keinginan rekayasa sesaat ingin dirubah untuk selamanya. ”Dari mana lagi bisa mendapatkan wanita secantik dan semolek ini,” pikir Amir dalam hati.

Keduanya akhirnya dinikahkan. Usai pernikahan istrinya pun diboyong kerumah kontrakan untuk ditiduri layaknya suami istri. Persyaratan rujuk bagi mereka yang telah menjatuhkan talak tiga, tidak hanya seremoni nikah tetapi wajib ditiduri agar syah dirujuk kembali. Wajah teman itupun sumringah karena besok setelah ditiduri sekali akan segera dikembalikan. ”Tidurnya hanya malam ini saja ya, besok langsung dicerikan dan dikembalikan,” pesan temanya penuh persahabatan.

Tetapi hati Amir sudah berbicara lain, dia sangat mengagumi kecantikan dan kemolekan istrinya. Sesampai dirumah kontrakan keduanya mengunci kamar dan siap menjalani hubungan suami istri agar esoknya clear. Tetapi Amir menolak berhubungan intim malam itu dengan berbagai alasan. Istrinya pun tak bisa memaksa dikira suaminya masih ada persoalan besar yang dipikirkan.

Esok paginya Amir buru-buru menghilang dari rumah pergi entah kemana. Pikiran Amir menghindar supaya tak terjadi hubungan badan sehingga secepatnya dicerikan. Padahal Amir ingin sekali berumah tangga dengan wanita itu untuk selamanya. Tengah malam kembali dia pulang dengan membawa berbagai makanan enak untuk istrinya. Kembali istrinya menagih kewajibanya untuk berhubungan badan, tetapi Amir tetap menundanya.

Kejadianya terus berulang seperti itu berminggu-minggu. Tak kuat menunggu kebaikan hati Amir sang istripun akhirnya memaksa memeluk, mencium dan menggerayangi sekujur tubuhnya. Nafsu kelekaiannyapun muncul dan menggebu-nggebu. Maka terjadilah hubungan suami istri yang dirasakanya sangat nikmat. Malam itu diakuinya sampai melakukan hubungan badan sampai tiga kali. Keduanya pun sama-sama merasakan puas tenggelam dalam romantika bercinta yang sangat aduhai.

Sesuai janji dan kesepakatan awal akhirnya Amirpun diminta untuk segera mengucapkan cerai oleh istrinya. Ternyata Amir menolak dan diam seribu bahasa tak mau mengucapkan kata itu. Istrinya pun heran atas sikap Amir yang telah melanggar kesepakatan awal. Tetapi istrinya sendiri sangat memahami perubahan sikap Amir yang dinilainya telah mencintainya sepenuh hati.

Fakta itu diperoleh istrinya ketika berhubungan badan bahkan diulang berkali-kali. Sangat dirasakan  betapa Amir menumpahkan segala perasaanya dengan penuh cinta tidak dengan nafsu birahi semata.Menyadari itu istrinya pun merasa iba dan tidak memaksa lagi untuk menyebut kata cerai. Disisi yang lain istripun telah tumbuh benih-benih cinta dilubuk hati yang paling dalam. Apalagi setelah dibandingkan perlakuan antara suami pertama dengan suami keduanya sangat jauh berbeda.

Dia juga sudah merasakan gelora asmara yang begitu sempurna dari desahan napas Amir yang menggebu-nggebu. Perasaan sayang sama Amirpun mulai menggelora dan selalu ingin mengulang bercinta dengan Amir.

Sementara rekannya sudah merasa cukup gerah degan sikap Amir yang belum juga mencereikan istrinya. Dia juga membayangkan cerita malam dirumah kontrakan Amir yang menggumuli istrinya tiap malam. Sedangkan dari dalam rumah kontrakan Amir sendiri memang telah terjalin cinta asmara dengan gelora yang yang menggebu-gebu.

Oleh rekanya Amirpun dibujuk untuk segera encereikan mantan istrinya, tetapi selalu dihindari dan tak mau terucap dari bibirnya kata cerei. Hingga akhirnya suatu saat terjadi lahsebuah insiden yang tak terlupakan. Siang itu Amir yang sudah memiliki pekerjaan mengantar barang minuman seperti teh botol dan semacamnya dipelanggan.

Tanpa ampun rekanya tersebut mendatanginya dan berusaha membunuhnya dengan sebatang besi. Berkali-kali sepotong besi diayunkan kearah Amir, tetapi karena masih muda dan gesit ayunan besi itu mampu dihindarinya dan berhasil merebut potongan besi yang telah diruncingkan itu. Setelah  besi berada ditangan maka diayunkan kembali kearah temanya dengan maksudnya menghentikan penyeranganya.

Tetapi tenyata cukup telak mengenai tengkuknya dan pingsan. Orang yang menyaksikan langsung memboyongnya ke RSU rumah sakit, subuhnya sang rekan diumumkan meninggal dunia di RSU sakit. ”Padahal sama sekali saya tak bermaksud membunuh,” akuinya.

Setelah terbunuh, Amir pun menyerahkan diri kepolisi. Setelah menjalani serangkaian persidangan Amir dijatuhi hukuman 3,5 tahun. Hukum membunuh memang diakuinya ringan setelah memaparkan berbagai latar belakang kehidupannya yang terjebak dalan kawin Cina Buta. Sebahagian hakim membenarkan sikap Amir karena dalam hukum tak dikenal nikah rekayasa.

Istrinyapun cukup meradang dengan peristiwa itu, mantan suaminya meninggal sementara suami berada dalam penjara. Selama berada dalam penjara istrinya itulah yang selalu menjenguknya sampai akhirnya bebas.

Tetapi setelah bebas ternyata persoalan belum selesai. Ancaman selalu datang dari keluarga rekan yang dibunuhnya. Amir pun tak berah tinggal di Pulau Lombok, saat itu Amir telah memiliki seorang anak kecil. Untuk menghindari ancaman Amir pun membujuk istrinya untuk pindah ke kota kelahiranya Dompu. Tetapi istrinya ngotot tak mau.

Karena selalu mendapat ancaman dan teror Amir nekad pulang tanpa dengan membawa anaknya yang masih menyusu. Pikir Amir, setelah anak dibawa, pasti ibunya akan ikut. Tetapi perkiraan Amir meleset istrinya tetap tak mau mengikutinya sampai bertahun-tahun bahkan sampai menerima surat talaq dari istrinya.

Kini Amir telah memiliki istri yang lain, anak yang dibawa telah besar bahkan telah menghadiahkanya cucu. (Ceita nyata dari Kehidupan Amir)

Komentar

Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Bijaklah dalam pemilihan kata yang tidak mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA. Salam hangat. [Redaksi]