oleh

Aku Takut Jatuh Cinta Lagi

Cinta bisa membuat bahagia, tetapi juga bisa menyebalkan bahkan amat menyakitkan, aku Susi bukan nama sebenarnya, umurku 30 tahun, menikah disaat umur 23 tahun, tetapi tiga tahun kemudian cerai karena tidak ada kecocokan didalam rumah tangga. Kini genap tujuh tahun aku menjanda tinggal seorang diri dengan anak laki-laki yang kulahirkan yang kini beranjak dewasa.

 

Sebagai seorang ibu aku berusaha tetap tegar menatap kehidupan ini, tegar karena ingin membesarkan anak yang kusayangi supaya bisa menjadi anak yang berguna bagi orang tua dan keluarga. Aku termasuk salah satu perempuan yang tidak sempurna menikmati masa-masa perkawinan, Ada-ada saja persoalan yang berujung kepada pertengkaran, akibat sering bertengkar pemenuhan kebutuhan biologis menjadi terganggu, bahkan kalau iya hanya dilakukan tanpa kemesraan dan kasih sayang.

Puncaknya aku tak tahan atas semua itu, ikatan perkwaninan seolah neraka dan akhirnya aku minta cerai lewat pengadilan agama. Proses percerianpun tidak begitu sulit karena kedua belah pihak sama-sama menginginkan pisah, setelah semua proses selesai maka jadilah aku seorang diri ditemani anak yang kulahirkan. Terkadang aku merasakan kepedihan yang amat mendalam ketika kupandangi wajah polos anaku, untungnya anaku belum mengerti apa-apa, walau sesekali bertanya tentang bapaknya.

Hidup menjanda tidak membuatku kendur, waktu gadis memang aku dikenal energik, banyak kawan dan relasi, karenanya aku manfaatkan potensi itu untuk mencari pekerjaan dalam menopang hidup bersama anaku. Ternyata juga tidak mengalami kesulitan walau diperusahaan yang menerima tidak terlalu bonafid. Tetapi kehadiranku diperusahaan itu sedikit bisa mendongkrat bagi pendapatan perusahaan yang bersangkutan, sekaligus bisa memberikan penghasilan kepadaku yang lumayan buat bertahan hidup dengan anaku.

Sejak mendapat pekerjaan hidupku memang tidak mengalami kekurangan bahkan sebahagianya bisa ditabung, tetapi ironisnya hal yang menyakitkan kembali datang. Kata orang wajahku lumayan manis, berperangi ‘kambera’ (murah senyum) dan bisa diajak sharing untuk segala urusan, apakah menyangkut usaha, menyangkut perkembangan politik, budaya maupun social kemasyarakatan.

Modal itulah yang membuatku banyak mengenal orang, kadang kerap terlibat membahas urusan sensitifif dipemerintahan. Diam-diam ternyata ada yang tertarik dan berusaha mendekati. Awalnya bertemu diluar kota secara tidak sengaja, karena sudah saling kenal didaerah maka terlbat sharing dan diakhir pertemuan dia minta nomor HP, akupun tidak keberatan menyerahkanya.

Terus terang aku tak kuasa menolak saat dia minta nomor HP karena aku juga sejak dulu diam-diam mengaguminya walau dia sendiri tak pernah tahu itu. Sebagai pejabat pemegang eselon memang dia cerdas dan aku sangat suka figure seperti itu karena bisa diajak sharing dan menimba ilmunya.

Beberapa hari kemudian dia menelpon, awalnya biasa-biasanya saja, tetapi lama-lama dia ungkapkan perasaanya bahwa dia juga suka padaku. Sebagai wanita akupun pura-pura dulu dengan alasan bahwa dia sudah punya istri, walau sebenarnya punya istri juga tak masalah karena aku sudah terlanjur suka dan pingin dekat denganya.

Seiring perjalanan waktu hubungan semakin dekat, dia terus memberikan perhatian padaku, akupun makin kebangatan, tidak seperti awalnya yang hanya ingin sharing dan menimba ilmu tetapi aku ingin lebih dari itu ingin kasih sayang dan kehangatan darinya. Hubunganpun makin tak terkendali bahkan telah jauh terperosok kedalam jurang kehangatan.

Karena kasih dan sayangku padanya aku rela melakukan apa saja asal dia bisa bahagia dan terhibur, kalau dia sibuk dengan seabrek pekerjaanya akupun sering ingatkan agar tetap memperhatikan kesehatan. Apalagi disaat dia sedang bermasalah dengan kantornya aku berusaha tampil menghibur dan membesarkan hatinya, akupun tidak segan-segan menjemputnya dengan sembunyi untuk melepas segara apa yang terjadi.

Ternyata itu semua hanyalah semu, diakhir-akhir ini dia telah berusaha menjauh dari kehdupan dan angan-anganku, dia berusaha melupakan segala apa yang telah dilakoni bersama. Di SMS dan ditelpon tidak pernah dijawab, aku berusaha mencari penyebabnya apa yang salah terhadap diriku. Walau hubungan sudah terlalu jauh sebenarnya aku tidak pernah menuntut karena aku mengerti posisinya yang memiliki istri dan anak, terkadang dalam batinku bertanya kapan sebuah kata terucap untuk melegalkan hubungan yang pernah ada.

Tetapi dengan memberikan perhatian saja sudah cukup buatku menjadi suplemen menambah energi dalam hidupku. Kini dia benar-benar telah menjauh, menjauh dari kehidupanku yang penuh angan-angan, mau berteriak, teriak pada siapa, mau menangis maka akan habis air mata ini untuk meratapinya. Aku memang salah terlalu mudah mengaguminya, terlalu mudah menerima uluran kasihnya, terlalu mudah tergoda oleh rayuanya.

Duh tuhan ampunilah dosaku, berilah aku kekuatan, aku rapuh menghadapi cobaan ini, aku sudah terlanjur sayang sama dia. Disaat yang terpuruk seperti ini ada lagi laki-laki yang memberikan perhatian kepadaku, memberikan dorongan dan semangat kepadaku untuk bangkit dari keterpurukan ini. Celakanya lagi laki-laki ini juga bukan orang baru dalam kehidupanku, dia juga orang yang sangat kukagumi sejak dulu, walau dia sendiri tidak pernah tahu akan hal itu.

Tuhan….aku takut dia juga akan menyatakan cinta dan sayang padaku, dia baik, dia cerdas dan penuh humor yang bikin aku bisa tersenyum kembali. Ya tuham semoga dia tidak menyatakan cinta dan sayangnya padaku, karena ‘’AKU TAKUT JATUH CINTA LAGI’’. Cukuplah aku terluka sekali, pedih yang dialami belum pulih jangan tambah lagi untuk yang kedua kalinya.

Seperti diceritakan ibu N

Komentar

Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Bijaklah dalam pemilihan kata yang tidak mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA. Salam hangat. [Redaksi]