oleh

Selamat Jalan Pak Wid……

Subuh itu sabtu 21 april 2012 Wamen ESDM RI Prof DR Widjajono Partowodagdo bangun dari tidurnya setelah semalaman beristirahat karena menempuh perjalanan yang melelahkan menuju puncak Tambora Kabupaten Dompu NTB. Ya…beliau sudah berada disekitar 2.500 meter diatas permukaan air laut, disibaknya dinding tenda, kabut mengitari puncak Tambora dinginpun masih menyengat sampai kepori-pori paling dalam, jiwa pendaki tak pantang menyerah, hari itu Pak Wid harus bisa sampai keposisi paling tinggi Tambora sebelum pagi untuk menyaksikan matahari terbit dari ufuk timur dan menyaksikan kawah tambora yang diselimuti kabut dibibir Kaldera.

Saat itu waktu sudah menunjukan pukul 03.30 wita karena beliau bangun setelah mendengar alarm jam yang distelnya kepukul .03.30, dibangunkanya seluruh kru yang tergabung dalam rombonganya. Setelah menyantap mie dan telur beliaupun memimpin pendakian yang diperkirakan memakan waktu dua jam lamanya sampai kepuncak.

Ada kegembiraan yang terpancar diraut wajah sang wakil Menteri ESDM ini, gembira karena sesaat lagi akan ada lagi gunung yang bisa ditaklukan dari sekian gunung yang terkenal didunia. Langkahpun diayunkan, medan yang ditempuh memang sudah terbilang sulit karena kemiringan rata-rata diatas 50 derajat, tetapi semangat tetap membara.

Beberapa saat kemudian rombongan terpecah menjadi dua, pak Wamen sendri berada pada rombongan kedua didampingi sekitar 5 enam orang, beliau berada dibelakang karena sesekali harus beristtirahat karena beratnya medan. Meski dengan langkah yang terseok-seok pak Wid tetap berusaha semangat melanjutkan perjalanan.

Melihat kondisi Pak Wid ditanmbah dengan kondisi kabut yang tidak bersahabat sebenarnya sudah ada yang mengajak untuk turun kembali, tetapi Pak Wid malah memberi komando untuk tetap melanjutkan perjalanan mencapai puncak. ”Setelah dipuncak pasti ada kejutan,” ujar beberapa pendaki meniru perkataan pak Wamen.

Sekitar 50 meter dari mulut kaldera pak Wid kolaps, beliau minta istirahat lagi, aktifis komunitas hijau Ibnu Khaldun memijit kaki pak Wid yang keram, sebentar kemudian pak Wid kritis dan rak sadarkan diri. Rombongan menjadi panik, satu-satunya jalan yakni mengevakuasi pak Wid turun dari puncak, tiang bendera dipuncak diambil dan dipotong menjadi dua, beberapa kain sarung ditambatkan pada besi itu sehingga menjadi tandu Pak dinaikan diatasnya.

Pak Wid ditandu hingga menuju pos III dan diistrihatkan sambil menunggu bantuan, dari jauh rombongan mendengar suara helikopter, terbersit segumpal harapan bahwa Pak Wid akan secepatnya dievakuasi lewat jalur udara, tetapi alangkah kecewanya meski asap membumbung tinggi sebagai tanda disitulah rombongan menunggu dan puluhan tangan melambai-lambai memanggil, namun helikopter berlalu begitu saja.

Pilot sebenarnya sudah dapat mendeteksi titik kordinat posisi Wamen, tetapi alasanya karena cuaca buruk dan kabut tebal helikopter tidak berani mendarat. Akhirnya menteri dievakuasi lewat jalur darat dengan menggunakan mobil jeep. Sesampai dipos I Doroncanga dokter sudah menunggu, pemeriksaanpun dilakukan terhadap kondisi Wamen, usai memeriksa dibeberapa bagian vital, dokter terlihat menggeleng-gelengkan kepala sebagai pertanda Pak Wid telah dipanggil rahmatullah.

Pekikan alhuakbar bergema dilereng gunung Tambora, sejumlah aktifis lingkunganpu menangis atas kepergian figur yang menjadi kebanggan mereka. Selamat jalan Pak Wid…. engkau adalah pahlawan lingkungan, engkau telah menoreh sejarah dipuncak Tambora, kami akan mengenangmu sepanjang jaman. Dari berbagai sumber

 

 

Komentar

Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Bijaklah dalam pemilihan kata yang tidak mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA. Salam hangat. [Redaksi]