oleh

Wakil Menteri Petualang Meninggal Dipuncak Tambora

Siapa sangka Wakil menteri ESDM RI yang berjiwa petualang Widjajono Partowidagdo harus menerima takdir meninggal dipuncak gunung tertinggi di Pulau Sumbawa yakni Gunung Tambora Kabupaten Dompu NTB, dia mengakhiri hidupnya saat melakukan ekspedisi menaklukan gunung yang pernah meletus dahsyad tahun 1815 itu

Tidak ada tanda-tanda kalau Wamen ESDM itu harus pulang menjadi mayat karena sebelum melakukan pendakian kondisinya bugar. Ditemani oleh sekitar 23 orang yang terdiri dari dua asistenya,dua petugas pemantau gunung Tambora, 2 orang wartawan, 3 orang porter, 4 orang dari Dinas Pertambangan dan Energi Bima, 3 orang staf Dinas pertambangan dan Energi Dompu, sisanya adalah driver dan relawan.

Pendakian dimulai menggunakan mobil ranger, berganti dengan mobil jeep setelah kondisi jalan tidak memungkinkan, sampai dipos tiga pada pukul 19.00 wita. Dipos tiga ini rombongan beristrihat dan tidur untuk menunggu subuh. Menurut salah seorang yang mendampingi Wamen Ibnu Khaldun agar bangun tepat pada waktunya Wamen menyetel alarm jamnya pukul 3.30 karena pukul 04.00 harus melanjutkan perjalanan menuju Kaldera tambora.

Pukul 04.00 Wamen memimpin langsung pendakian menuju kaldera, salah seorang ditunjuk sebagai pembuka jalan, sedangkan Ibnu Khaldun bertindak sebagai penutup jalan. Waktu terus berjalan sementara rombongan pembuka sudah mencapai kaldera, Wamen bersama beberapa orang berada dibelakang karena sesekali Wamen harus beristirahat.

Posisi Wamen tinggal 50 meter dari bibir kaldera tiba-tiba mengalami keram kakinya, Ibunu Khaldun memijit kaki Wamen agar bisa normal kembali. Sesekali dia bercerita tentang usahanya menaklukan berbagai gunung tertinggi di dunia. Menurut Wamen gunung tertinggi lain hanya mengandalkan ketinggi seperti Himalaya, tetapi Tambora memiliki sejarah yang telah mencengangkan dunia. ”Tambora puinya kelebihan karena sejarahnya mampu mencengangkan dunia,” kata Wamen seperti yang ditiru Adun.

Kondisi Wamen terus melemah sampai akhirnya dibaringkan, bahkan sekitar pukul 08.00 wita Wamen tak sadarkan diri. Kondisi itu membuat sebahagian tim panik. tetapi Adun sendiri berusaha tenang dan memanggil kru yang telah berada dikawah Tambora untuk turun kembali. Untuk menyelamatkan wamen tim mengevakuasi Wamen dengan menggunakan tandu yang dibuat secara darurat dengan memanfaatkan bambu pancangan yang ada dikawah tambora.

Bambu itu kemudian dipotong menjadi dua, sementara sarung yang dikenakan Adun dikaitkan pada kedua bambu itu lalu Wamen yang sudah kritis dinaikan didalam tandu. Evakuasi Wamen dilakukan dengan hati-hati karena posisi kemiringan sekitar 50 derajat, evakuasi jalan kaki sampai dipos tiga, melanjutkan ke pos dua dan pos satu dilakukan dengan mobil.

Sesampai dipos satu Wamen langsung ditangani tim dokter, setelah diperiksa ternyata Wamen telah meninggal dalam perjalanan, Setelah dinyatakan meninggal Wamen diterbangkan dengan helikopter milik PT NNT menuju Denpasar selanjutnya dibawa kejakarta.

Komentar

Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Bijaklah dalam pemilihan kata yang tidak mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA. Salam hangat. [Redaksi]