oleh

Landa Rasa Dalam Konsep Kekinian

OLEH : ABDUL MUIS, SH, M.Si

Pengen menjadi pemimpin?, harus punya konsep sebagai pijakan untuk berbuat. Sebab kalau tidak pastilah akan menjadi pemimpin tanpa arah alias buta. Akibatnya tahu saja tidak sedikit pemimpin dinegeri ini memimpin dengan gaya jurus mabuk.

Karena dipimpin dengan gaya jurus mabuk, bukanya negeri yang dipimpinya menjadi baik, malah justru menimbulkan kekacauan dimana-mana, akibatnya tidak hanya rakyat yang ditangkap oleh aparat keamanan, tetapi pemimpin juga ikut ditangkap karena sangat berkontribusi membuat kekacauan.

Landa Rasa adalah sebuah konsep kekinian dalam membangun daerah Kabupaten Dompu. Membaca judul konsep ini memang terkesan sangat ekstrim, karena arti secara harafiahnya Landa Rasa adalah menjual kampung atau daerah. Pun kalau dimaknai sepintas Landa Rasa sangat berkonotasi negatif sebagai perbuatan yang tidak memiliki harga diri.

Tetapi tunggu dulu, pemilihan judul sebuah konsep tidaklah sembarangan melainkan telah dikaji dari berbagai aspek dan sudut pandang yang tentu saja bermuara kepada perbaikan kehidupan sosial-ekonomi secara keseluruhan, serta tentu saja ada yang melatar belakanginya.

LATAR BELAKANG

Ditengah kehidupan masyarakat yang terus berkembang dan dinamis, perlu dibangun sebuah pemikiran-pemikiran yang berani bahkan bisa melawan pemikiran orang lain atau kerenya berani tampil beda. Tetapi itupun harus sepenuhnya bisa dipertanggung jawabkan secara sosial dan ilmiah.

Dalam kaca mata kekinian, memilih konsep harus pula dipikirkan bagaimana konsep itu bisa segera go publik dan dikenal secara luas. Landa Rasa adalah sebuah pilihan, karena paling tidak setiap orang ingin mengetahui secara mendalam apa makna dari konsep itu.

Dinamisnya pemikiran masyarakat kekinian harus dijawab dengan konsep yang sedikit nyeleneh yang penuh makna. Pemimpin Joko Widodo (Gubernur DKI) telah membuktikan segalanya walaupun dalam bentuk aktifitas. Aktifitas Jokowi yang sedikit nyeleneh dan berani tampil beda telah dianggap sebagai perubahan dan terobosan yang sangat dinikmati masyarakatnya dan semuanya dianggap sebagai usaha membangun peradaban yang lebih baik.

KENAPA HARUS LANDA RASA? Inilah substansi pertanyaanya, kenapa harus dijual dareah ini, apakah tidak memalukan?. Sepintas dimaknai memang sungguh memalukan, wong daerah mau dijual padahal ada struktur pemerintahan yang telah menata dengan baik dan benar dengan mengelola anggaran sekitar Rp 700 miliyar setiap tahunya.

Dinisilah pangkal masalahnya, uang gelontoran pusat yang dibukukan dalam APBD sebesar Rp 700 miliyar pertahunya tidaklah cukup untuk membangun peradaban yang jumlah pendudknya lebih dari 200 ribu orang. Belum lagi uang sebesar Rp 700 milyar itu sekitar 70 persenya diperuntukan bagi kepentingan aparatur, berupa gaji PNS, gaji honoroner, biaya perjalanan dinas, pembelian ATK dan semacamnya, sisanya hanya 30 persen untuk kepentingan publik.

Menyadari minimnya ketersediaan anggaran pusat, maka terobosanya adalah ‘terpaksa’ menjual daerah (Landa rasa) untuk dijadikan pendapatan daerah yang jauh diatas kucuran dana pusat. Apa yang harus dijual?, tentu saja isi atau potensi yang dimiliki daerah ini.

Tanpa kita sadari sebenarnya daerah Dompu memiliki banyak sekali potensi yang sangat dibanggakan. Sektor pariwisata misalnya, tidak usalah menyandingkan dengan Kabupaten/kota di pulau Sumbawa, NTB bahkan secara nasionalpun tidak akan kalah.

Sebut saja pantai Lakey dan Gunung Tambora adalah dua obyek yang telah mendapat perhatian dunia. Kalau saja dua obyek ini di LANDA (dijual) tidak mustahil kita akan mendapatkan dollar yang berlimpah. Kenapa? Karena Lakey adalah salah satu lokasi yang menjadi syurga bagi para peselancar (surfing) dunia dengan memiliki ombak ganas yang unik selain Hawai.

Begitu juga dengan Tambora, gunung yang pernah meletus ditahun 1815 memiliki nilai history yang sangat tinggi dan tercatat sebagai salah satu bencana meletus terdahsyad yang pernah terjadi di planet bumi. Semua potensi ini harus dijual dengan sungguh-sungguh bagi kepentingan daerah dan masyarakat.

Kemudian potensi lain pada sektor pertanian, kehutanan, perkebunan, pertambangan dan lain-lain. Kalau semuanya dikelola dengan maksimal kemudian dijual secara terarah tentu akan mampu mendatangkan manfaat yang lebih besar dari sekarang ini.

Melihat kenyataan ini, sudah saatnya dalam sistem pemerintahan Dompu kedepan harus dikelola secara bisnis dengan menjual seluruh potensi yang ada, sehingga harapan dan cita-cita seluruh masyarakat akan tercapai.

Kalau sebuah peradaban telah masuk dalam area bisnis maka yakin saja pergerakan ekonomi akan melaju makin kencang, perputaran uang makin banyak dan masyarakat akan sejahtera. Salam.

Komentar

Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Bijaklah dalam pemilihan kata yang tidak mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA. Salam hangat. [Redaksi]