oleh

Pelajar Tewas Siapa Yang Bertanggung Jawab

Mengkritisi Kegiatan Ekstra Kurikuler Sekolah

Publik Dompu terhentak, dua pelajar SMP tewas dilindas bus minggu siang 18/9. Para pelajar yang mengendarai sepeda motor dan berboncengan berempat sekaligus itu baru saja pulang mengikuti kegiatan ekstra kurikuler renang di pemandian Madaprama Kecamatan Woja Dompu.

ABDUL MUIS, DOMPU

Tragedi tewasnya pelajar itu tentu membuat miris seluruh orang tua pelajar yang ada di Dompu. Bagaimana tidak anak-anak yang terbilang baru gede itu terpaksa harus meregang nyawa sepulang mengikuti kegiatan sekolahnya yang tentu saja atas instruksi guru pembimbing atau guru mata pelajaranya.

Kita tentu saja tak lantas menyalahkan pihak tertentu atas tragedi tersebut, tetapi paling tidak ini menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga sekaligus bahan refleksi bagi dunia pendidikan untuk mempertimbangkan menggelar kegiatan yang mengandung resiko.

Kenapa berenang menjadi beresiko, sebenarnya renangnya tidak beresiko, malah justru pelajar akan mendapatkan ketahanan tubuh serta mampu mempelajari tehnik-tehnik berenang secara baik. Menjadi resiko adalah untuk menuju dan pulang dari kegiatan renangnya.

Lokasi kolam renang di Kabupaten Dompu hanya ada satu, yakni pemandian kolam renang Madaprama yang berjarak sekitar 15 km dari kota Dompu. Disanalah para pelajar se-Kabupaten Dompu selama ini berlatih berenang, baik itu pelajar SD, SMP dan SMA.

Jauhnya jarak yang ditempuh itulah yang membuat berenang menjadi sangat beresiko. Tidak terorganisirnya berangkat dan pulang menjadi pemicu terjadinya tragedi yang memilukan.

Peluang pelajar untuk menggunakan kendaraan sendiri seperti sepeda motor sangat terbuka, mengingat jalur itu tidak dilayani oleh angkot, sehingga ketika anak-anak menggunakan sepeda motorpun adalah wajar.

Tetapi itulah anak-anak kesempatan seperti itu dimanfaatkan untuk bereforia dengan teman-temanya. Kecelakaan yang menimpa empat pelajar berboncengan sekaligus dua tewas ditempat dan dua kritis merupakan potret nyata betapa anak-anak belum sepenuhnya mengerti tentang bahaya yang mengintai mereka.

Disinilah sebenarnya peran pendidik untuk mampu berpikir cerdas dalam menggelar kegiatan ekstra kurikuler seperti itu. Agar tak terjadi kasus serupa sebaiknya keberangkatan dan kepulangan harus dikoordinir agar tidak seenaknya berangkat dan pulang sendiri apalagi dengan menggunakan sepeda motor.

Begitu juga para orang tua, hendaknya juga memperhatikan kondisi anaknya, tidak sembarangan memberikan kendaraan untk dipakai. Karena selain belum cukup umur mereka hanya berpikir untuk bereforia dan bergembira dengan rekan-rekanya.

Kasus tewasnya pelajar yang dilindas bus sudah terjadi, kita hanya bisa berharap keluarga korban bisa bersabar atas peristiwa yang mengenaskan ini. Dunia pendidikan diharap tidak hanya bisa meratapi peristiwa ini, tetapi jadikanlah sebagai momentum untuk mengoreksi berbagai kebijakan yang mengancam keselamatan pelajar.

Tidak hanya soal renang, tetapi kegiatan ekstra kurikuler lainpun seperti mengikuti kegiatan-kegiatan malam hari seperti latihan drama dan semacamnya harus dihindari karena khawatir akan disalahmanfaatkan oleh anak-anak yang memang belum mengerti akan baik-buruknya. (*)

 

Komentar

Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Bijaklah dalam pemilihan kata yang tidak mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA. Salam hangat. [Redaksi]