oleh

Kalapas Dompu, Tugas Kami Memanusiakan Manusia

LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) adalah tempat pembinaan bagi para narapidana yang telah berkekuatan hukum tetap karena terjerat sebuah kasus. Karena itu tugas petugas Lapas adalah melakukan pembinaan, mental, rohani maupun skil agar saat kembali ketengah masyarakat sudah siap berkompetisi.

Kalapas Dompu NTB Tri Wahyudi yang diwawancarai dikantornya Kamis, 14 September 2017 mengemukakan tugas utama yang diemban pihak Lapas adalah memberikan pembinaan secara menyeluruh agar berakhlak baik saat berada dalam Lapas, lebih-lebih saat kembali ke tengah masyarakat.

Pembinaan rohani misalnya, pihaknya menerapkan disiplin kokoh untuk melaksanakan sesuai yang dianjurkan. Misalnya, shalat lima waktu, seluruh penghuni Lapas, Narapidana maupun petugas harus melaksanakanya bila waktunya tiba.

Agar anjuran itu dapat dilaksanakan dengan baik, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan menunjukan keteladanan. Artinya, Kalapas dan petugas harus lebih dulu untuk melaksanakanya.

”Makanya saya sendiri harus lebih dulu berada dimasjid, dan selama menjabat saya tak pernah shalat dirumah,” akunya.

Ditingkat warga binaan, mereka diabsensi kehadiranya disetiap waktu shalat. Tugas absensi diserahkan kepada mereka sendiri, dan setiap mereka bisa saling mengawasi. ”Jadi mereka tidak bisa bohong, karena kalau ketahuan akan ada sanksinya. Dan itu untuk mereka juga,” jelasnya.

Warga binaan juga diberi kesempatan untuk memberikan tausyiah bagi yang dianggap bisa. Tausyah ini dilakukan secara bergantian, selain didengar oleh warga binaan sendiri, pihaknya maupun petugas Lapas juga ikut mendengarnya. ”Alhamdulillah rata-rata bagus dalam memberikan tausyah,” ungkapnya.

Soal adakah Skil-skil  yang bisa dihasilkan dalam Lapas, kata Tri Wahyudi inilah menjadi tantangan baginya. Pasalnya fasilitas untuk mendukung tersedianya SDM yang handal sangatlah terbatas.

Walaupun keahlian seperti membuat bingkai dari kaca, ikat pinggang dari kayu maupun membuat kaligrafi tetapi bisa dilakukan. Yang menjadi mimpinya adalah bagaimana warga binaan memiliki keahlian khusus, misalnya ahli montir, serivce TV,Kulkas dan semacamnya.

”Inilah hal-hal yang diimpikan, tapi fasilitas tidak mendukung,” jelasnya.

Membuat kerajinan seperti bingkai foto, ikat pinggang ataupun kaligrafi adalah aktifitas rutin dan siapa saja bisa melakukanya. Yang dibutuhkan adalah memiliki keahlian khusus, disamping akan siap berkompetisi sekaligus memotivasi bagi keinginan untuk berkompetisi saat berada ditengah masyarakat.

Soal perlakuan petugas kepada warga binaan, Tri Wahyudi menjamin akan tetap berlangsung sesuai aturan yang ada. Tidak boleh ada tindakan sewenang-wenang dari petugas apalagi sampai memeras.

Karena itu pihaknya, memberikan nomor HP kepada warga binaan maupun keluarganya agar segera menghubunginya bila menemukan kejanggalan. Meski demikian dia berharap agar tidak ada fitnah didalamnya.

Sehingga bila melaporkan sesuatu harus jelas masalahnya, identitas serta kronologisnya.

Karena yang dilakukan pihaknya adalah bagaimana memanusiakan manusia serta diperlakukan secara berkeadilan.

 

 

Komentar

Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Bijaklah dalam pemilihan kata yang tidak mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA. Salam hangat. [Redaksi]