oleh

Nasib Pendidikan Dimasa Pandemi Covid-19

OLEH FADIA

Hai, Apa kabar semua? Saya Fadia, mahasiswi semester satu (1) jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Mataram.

Saya mencoba sebuah Artikel dengan judul, Nasib Pendidikan Dimasa Pandemi Covid-19,  semoga tulisan ini dapat menjumpai teman-teman pembaca dimanapun berada dan semoga kalian semua dalam keadaan baik, dan sehat selalu.

Tak terasa sudah lebih dari satu tahun badai “Pandemi Covid-19” melanda bumi pertiwi, Indonesia kita tercinta. Awalnya saya berpikir Pandemi ini akan segera menghilang tapi ternyata tidak seperti yang saya pikirkan.

Pandemi covid-19 ini tidak hanya dirasakan di Indonesia saja, tetapi di seluruh dunia. Seperti yang kita ketahui, awal mula munculnya virus covid-19 berasal dari China kemudian berambat ke seluruh dunia termaksud di Indonesia.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah agar masa pandemi ini segera berakhir karena pandemi ini menghancurkan seluruh sektor kehidupan, terutama sektor pendidikan. Dimana sektor pendidikan ini adalah salah satu sektor penting untuk keberlangsungan kehidupan bangsa Indonesia kedepannya.

Saya sendiri sebagai seorang mahasiswi merasakan pandemi Covid-19 telah merubah dunia pendidikan, mulai dari proses pembelajaran yang biasanya dilakukan dengan tatap muka di dalam kelas, namun sejak pandemi berlangsung berubah menjadi belajar dari rumah atau secara online.

Pembelajaran dari rumah ini menuntut guru, siswa dan orang tua untuk bisa  menghadirkan proses pembelajaran yang aktif dan efektif walaupun harus dilaksanakan dari rumah masing-masing.

Tidak bisa dipungkiri, apapun yang kita lakukan akan membawa dampak positif dan negatif seperti hal nya proses pembelajaran online ini tentu akan membawa dampak positif dan negatif.

Dampak positif dari pembelajaran online ini adalah dapat memotivasi, memberikan semangat baru melalui masa-masa sulit untuk terus mencapai tujuan pendidikan di Indonesia yang lebih maju dan modern.

Dengan metode dan tekhnologi yang tersedia, siswa-siswi maupun pelajar bisa menjadi lebih dekat dengan orang tua. Sedangkang dampak negatifnya siswa-siswi/pelajar tidak bisa bertemu dengan teman-temannya, susahnya untuk memahami materi yang diterima atau ditangkap oleh siswa-siswi/ pelajar, karena tidak adanya interaksi langsung antara siswa-siswi/peajar dengan guru ataupun dosen.

Kemudian kurangnya proses pembinaan karakter siswa, dan bagaimana dengan siswa-siswi/pelajar yang tinggal dipelosok daerah dimana jaringan internetnya belum memadai untuk proses pembalajar online, bagaimana pula dengan siswa-siswi/pelajar ekonomi kebawah yang tidak memiliki handphone untuk proses pembelajaran online.

Mirisnya lagi ada siswa-siswi yang memilih menikah di usia dini seperti berita yang dilansir dari Radar.lombok.co.id yakni terjadi pernikahan dini di Lombok Tengah, tepatnya di Desa Aiq Berik Kecamatan Batu Kliang Utara.

Pernikahan dini ini terjadi pada siswa SMP yang dimana lelaki (S) berusia 17 tahun dan perempuan (ES) berusia 15 tahun, mereka memutuskan untuk menikah lantaran bosan dengan belajar online di rumah karena Covid-19 tersebut.

Begitulah pandangan saya mengenai nasib pendidikan dimasa pandemi covid-19 ini. Meskipun ada banyak dampak negatif dari proses pembelajaran online dimasa pandemi ini kita tidak boleh lengah.  Karena pendidikanlah yang menentukan maju-mundurnya suatu bangsa. Dan semoga pandemi covid-19 ini cepat berlalu sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan lancar, selayaknya proses belajar mengajar sebelum adanya covid-19.

Tidak ada sesuatu hal yg dikerjakan tanpa memiliki manfaat, oleh karena itu tulisan ini diharapkan dapat memberikan wawasan/informasi baru untuk teman-teman semua, yang mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk kehidupan kita kedepannya.

Sedikit kata motivasi , menulis bukanlah perkara susah tetapi bukan berarti mudah, (Noorca M. Massardi).

Penulis ADALAH Mahasiswa Semester 1 Perbankan Syariah (Febi) Universitas Islam Negeri Mataram. (*)

Komentar

Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Bijaklah dalam pemilihan kata yang tidak mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA. Salam hangat. [Redaksi]