oleh

Ina Hawu, Saksi Musibah Kebakaran Pasar Wodi

 

Saya Hampir Mati

DOMPU–Badan orang tua ini gemetar bila mengingat detik-detik musibah kebakaran pasar Wodi Desa Baka Jaya Dompu pada selasa malam lalu (2/12). Bagaimana tidak nyawanya hampir melayang dikepung jilatan api yang menghanguskan seluruh los pasar yang ada.

Namanya Ina Hawu umur sekitar 70 tahun, dialah satu-satunya pedagang yang menginap dikios yang ada dipasar malam itu. Penjual jahe, kunyit, sirih dan semacamnya ini tengah tertidur lelap.

Diantara mimpi dan nyata dia mendengar suara bunyi krek…krek seperti ranting yang tengah patah. Makan lama makin keras hingga ia terbangun. Penasaran dengan apa yang terjadi dia melongok keluar.

alangkah kagetnya diluar disekitar itu api mulai menjilat apa yang ada. Tanpa sadar diapun berteriak ”Mudu….mudi” (terbakar), namun walau berteriak dengan menggunakan tenaga penuh suara terasa sesak dan hanya sampai didinding kamar.

Posisi kisonya yang terletak diujung belakang tak mungkin menyelamatkan diri lewat depan karena api telah mengepung. Satu-satunya jalan adalah mendobrak pintu belakang yang masih belum digapai jilatan api.

Tetapi lagi-lagi dibelakangpun dihalangi oleh tembok setinggi dua meter. Namun karena tak ada jalan lain lagi untuk menyelamatkan diri terpaksa mendobrak pintu belakang dan mencari pertolongan.

Secara normal karena dia seorang nenek, tak mungkin tempok tinggi itu mampu dinaikinya, tetapi entah kekuatan dari mana, Ina HAwu yang telah memiliki sejumlah cucu ini terus berusaha menggapai, walau beberapa kali selalu terjatuh. Pada saat-saat kritis dimana api sudah mulai menjilat bagian depan kiosnya dengan menopang ranting kayu yang ada dia berhasil menggapai puncak tembok.

Saat menggapai puncak tembol terakhir tenaga nenek ini sudah hampir abis dan akan segera terlepas dan jatuh kembali. Untungnya disaat yang kritis itu anak-anaknya yang sudah sejak tadi resah telah berada disitu dan menggapai tangan nenek untuk dikeluarkan dari kobaran api. ”Pai ndede ku made ra ana e e (coba tidak cepat ditolong saya pasti mati anaku,bahasa Mbojo red),” ungkap Ina Hawu bersedih.

Dia mengaku tak tahu sumber apinya berasal dari mana. Tetapi yang dilihat pertama berasal dari tengah los pasar dan secepatnya berkobar menyambar yang lain disekitarnya. ”Pakaian dibadan ini saja yang bisa diselamatkan, yang lain semuanya hangus,” jelasnya dalam bahasa Mbojo.

Komentar

Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Bijaklah dalam pemilihan kata yang tidak mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA. Salam hangat. [Redaksi]