oleh

Proyek Bendungan Madanduru Tinggalkan Petaka

 

DOMPU–Mangkraknya proyek bendungan Madanduru menyisahkan  banyak persoalan. Sejumlah warga yang menjadi mitra kerja pada proyek senilai Rp 6,9 miliar itu, mengaku dirugikan.

 

 

Pihak pelaksana PT Sakti Multiguna, tidak sepenuhnya mampu membayar sejumlah material yang dipasok ole hwarga. Padahal telah terjadi kesepakatan kedua belah pihak atas volume material dengan nilai yang akan dibayarkan. Sejumlah warga pun mengalami kerugian puluhan juta rupiah.

 

 

Material berupa pasir, batu dan lainnya itu kini justeru terlihat menumpuk bahkan berserakan dilokasi proyek yang proses pembangunannya tidak jelas ujung pangkalnya. Pihak pelaksana pun kini tidak diketahui keberadaannya.

 

 

Proyek itu akan menjadi sebuah kisah kelam. Sebab harapan warga Desa Saneo, Desa Serakapi dan lainnya akan kebutuhan air irigasi yang melimpah terancam tidak bisa terpenuhi.

 

 

Bendungan Madanduru ini merupakan hasil kompensasi dari pembangun proyek raksasa Dam Rababaka Komplek (RBK). Dengan tujuan agar warga Desa Saneo dan Desa Serakapi sebagai pusat kegiatan RBK, tetap bisa menikmati kebutuhan air irigasi yang layak.

 

 

Sebab sasaran RBK nanti yakni untuk pemenuhan air irigasi bagi lahan diluar wilayah Saneo. “Ini petaka bagi warga Saneo. Harusnya Madanduru tahun ini sudah kami nikmati manfaatnya. Faktanya malah kami yang dirugikan,” kata Odin dan Herman bersam sejumlah warga lainnya saat ditemui media ini.

 

Sementara itu Kades Saneo Kecamatan Woja Dompu NTB Junaidin mengemukakan mangkraknya proyek Madanduru sangat merugikan masyarakat setempat. Karena itu pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) harus bertanggungjawab.

 

 

Saat ini kata Junaidin warga Desa Saneo masih cukup memaklumi kondisi yang terjadi.

Namun demikian, pihaknya berharap agar BWS bisa menghargai dan menghormati keinginan warga. “Madanduru ini kompensasi proyek RBK (Rababaka Komplek, Red). Tahun ini harusnya sudah kami nikmati manfaatnya. Jangan sampai warga Saneo menjadi korban,” katanya.

 

 

Junaidin menuturkan terkait keinginan dan harapan warga Saneo, agar pihak BWS bisa bertanggung jawab dan melanjutkan tahapan perbaikan bendungan Madanduru. “BWS harus bersikap dan melanjutkan Madanduru,” pungkasnya.

 

 

Kepala BWS NTB Ir Asdin yang berusaha dikonfirmasi belum bisa memberikan tanggapan yang memuaskan. Karena ia mengaku sendang mengikuti Diklat di Jakarta. (BD02)

Komentar

Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Bijaklah dalam pemilihan kata yang tidak mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA. Salam hangat. [Redaksi]