oleh

Hari Tani, Ratusan Buruh dan Petani Demo di DPRD

 

DOMPU-Ratusan buruh dan petani menggelar aksi demonstrasi dikantor DPRD Dompu Senin 25 September 2017. Aksi itu sekaligus memperingati hari tani nasional yang jatuh pada setiap tanggal 24 September.

Massa yang berdemo tergabung dalam From Perjuangan Rakyat kumpulan dari sejumlah elemen gerakan seperti, AGRA, SPARTA, SAMUDRA, AMAPETRA dan LAMPIDU.

Sebahagian besar massa aksi datang menggunakan Dump ruck, massa juga membawa serta replika jagung yang menjadi komoditas unggulan di Bumi Nggah Rawi Pahu.

Massa mulai berkumpul dipertigaan Persinggahan Desa Matua Kecamatan Woja, selanjutnya menuju bundaran Masjid Raya Dompu. Dari masjid Raya massa bergerak menuju gedung DPRD.

 

Kemacetan lalu lintas tak terhindarkan, terutama saat melewati pasar induk Dompu, sebahagian pengguna jalan terpaksa balik arah dan mengambil jalur lain.

Didepan gedung DPRD satu persatu aktifis berorasi, mereka mengecam sikap pemerintah yang belum menunjukan keberpihakanya kepada petani dan buruh. Menurut mereka masih terjadi perlakuan yang diskriminasif terhadap petani dan buruh.

Ketua AGRA Tri Sutrisno meminta pemerintah dan DPRD dapat memperhatikan nasib petani dan buruh. Hak-hak petani dan buruh kata dia masih diabaikan, pemerintah berkewajiban mengantarkan mereka kepada kesejahteraan sebagaimana cita-cita negara.

Sementara sejumlah sopir yang ikut berdemo mengemukakan kekecewaanya terhadap perlakuan yang diterima. Sejumlah proyek raksasa yang ada di Dompu tanpa melibatkan mereka untuk memasok bahan-bahan proyek yang dibutuhkan. ‘’Kebanyakan mobil-mobil luar daerah yang memasok bahan ke perusahaan yang tengah melakukan pembangunan. Kami ini bagaimana,’’ keluh sejumlah sopir.

Belum lagi soal pengambilan pasir Hodo di lereng gunung Tambora. Para sopir dump truck tidak lagi bisa mengambil dengan leluasa pasir disana karena akan ditangkap oleh aparat kepolisian.

Para sopir harus membeli pasir yang digali oleh pengusaha menggunakan exavator. ‘’Kami tidak bisa sekop sendiri karena dilarang oleh aparat,’’ ungkap mereka.

Padahal selama ini jutaan kubik pasir yang tersedia dilereng gunung Tambora bebas diambil. Pengambilan manual menggunakan sekop sendiri dikarenakan atas permintaan konsumen. ‘’Konsumen banyak minta pasir halus, sementara pasir lewat pengusaha kasar,’’ cerita mereka.

Karena itu mereka minta agar pemerintah dapat mencarikan jalan keluar atas permasalahan yang mereka alami. Pasair Hodo adalah satu-satunya andalan masyarakat Dompu sebagai bahan campuran bangunan.

Petani juga mengungkapkan berbagai persoalan yang mereka hadapi, yang paling pokok adalah soal ketersedian pupuk yang tidak memadai serta harganya yang melambung tinggi. ‘’Sebagai petani persoalan pupuk harus segera disikapi,’’ pinta mereka.

Puas berorasi massa diterima oleh empat anggota DPRD, Drs Muhtar (Ketua Komisi II) Andi Bahtiar (Ketua Komisi I), Nadirah SE Akt (anggota komisi III) dan Muhammad Iksan S Sos (Anggota Komisi II).

Empat anggota dewan ini menanggapi seluruh tunttutan massa. Drs Muhtar mengaku cukup mengapresiasi aspirasi yang disampaikan, karena itu lewat komisinya akan segera menindaklanjuti dengan memanggil pihak-pihak terkait. ‘’Dalam waktu segera kami akan memanggil dinas terkait,’’ tandas Muhtar, Muhammad Iksan dan Nadirah. (DB01)

 

 

Komentar

Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Bijaklah dalam pemilihan kata yang tidak mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA. Salam hangat. [Redaksi]