oleh

Pedagang Jagung Tekasire bersenjata Ketapel, Kenapa?

M Yusriel R

PERNAH lewat dijalan lintas Sumbawa atau tepatnya di tanjakan Teka Sire Desa Madaprama Kecamatan Woja Dompu NTB, pastilah anda bertemu dengan para penjual jagung bakar dan jagung rebus disana.

Para penjual jagung berjejer disepanjang tanjakan ini, aroma khas jagung bakar dan jagung rebus langsung terasa begitu memasuki kawasan yang masih terjaga hutannya.

Ibu-ibu penjual jagung sesekali menyapa para pengendara yang lewat untuk mampir menikmati jagung jualanya. Sementara disepanjang jalan juga terlihat kelompok monyet yang mencari makan dari kemurahan hati para pengedara.

Begitu ada makanan yang diberikan, gerombolan monyet langsung menyerbu dan saling mendahului untuk mendapatkanya. Tak perduli bahaya yang mengintai dari kendaraan yang lewat dan siap melindas tubuh mereka.

Aksi gerombolan monyet dikawasan itu menjadi perhatian menarik bagi para pengendara yang lewat, apalagi anak-anak sangat terhibur dengan menyaksikan tingkah polah para monyet.

Tetapi lain bagi para ibu-ibu penjual jagung. Gerombolan monyet yang sangat banyak menjadi ancaman tersendiri. Monyet ini bisa seketika menjadi penjahat disaat lengah merampok dan merampas jagung jualan.

Bila tiba-tiba kepergok para monyet ini bisa menyerang balik karena kaget. Karena itu tiap ibu-ibu mempersenjatai diri dengan ketapel untuk menghalau monyet sebelum mendekat. ”Kalau nggak ada ini (ketapel,red), jagung kami habis diambil gerombolan monyet,” kata seorang ibu yang ditanganya memegang ketapel.

Kata dia berjualan ditengah digerombolan monyet sangat susah, tak boleh lengah sedikitpun. Karena disaat seperti itu mereka sangat lincah untuk mengambil barang-barang yang ada kemudian dibawa lari masuk hutan. ”Mereka sudah terbiasa mencari makan disekitar sini, jadi sudah malas masuk hutan,” terang ibu ini sambil sesekali membidikan ketapelnya kearah monyet.

Ketapel dengan peluru batu kerikil ini hanya alat gertak saja. Sebab sepintar apapun kita membidikan kearah mereka pasti bisa dihindarinya. ”Jarang ketapel ini mengenai mereka,” pungkas ibu ini. (*)

 

 

Komentar

Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Bijaklah dalam pemilihan kata yang tidak mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA. Salam hangat. [Redaksi]