oleh

Benarkah Jama’ah Tabligh Pembawa Covid-19?

Oleh: Ir. H. M. Amin, M. Mpd

Acara ijtima’ JT tingkat Asia yg rencananya di laksanakan di Gowa selama 4 hari (19 – 22 Maret) lalu gagal di laksanakan karena di bubarkan oleh pemerintah dgn alasan meminimalisir penyebaran Covid-19.

JT yg berasal dr Dompu dan Bima tiba di makasar pada sore hari Kamis tgl 19 Maret, mereka tdk sempat berbaur dgn jamaah lain dari dalam maupum Luar negeri, krn langsung di arahkan oleh panitia untuk menempati asrama haji di Gowa. Di sini mereka tinggal selama 5 hari menunggu kapal laut kembali ke Dompu dan Bima.

Pada tgl 25 Maret mereka JT asal Bima Dompu kembali ke daerah masing2 dgn menggunakan kapal laut BINAIYA. Kapal tsb tidak hanya memuat kawan2 JT, tetapi jg ada banyak segmen masyarakat lain spt: Mahasiswa, pedagang, pekerja dan masyarakat umum dan tiba keesokan harinya, langsung di jemput oleh pemerintah daerah masing2.

Ingat hanya JT yg di perhatikan khusus/ di jemput, sedangkan penumpan kapal yg lain yg satu kapal dg JT, yg tinggal bersama selama satu hari, ber interaksi satu sama lain, menggunakan fasiltas kapal yg sama dibiarkan pulang ke rumahnya dg kendaraan umum atau pribadi.

Kalau memang JT di anggap sebagai carier/pembawa Covid-19 yg sangat potensial, semestinya semua penumpang kapal dari berbagai segmen masyarakat wajib dilakukan tracking kontak untuk memperoleh data kepada pihak kapal BINAIYA agar mereka di perlakukan sama dg JT. Karena logikannya, mrk yg satu kapal dgn JT siapapun memiliki peluang yg besar tertular Covid-19. Tapi tracking kontak sama sekali gak pernah di lakukan, sehingga penumpang lain selain JT hanya karantina mandiri selama 14 hari setelah itu mereka bebas beraktifitas di tengah masyarakat.

Sementara JT Memasuki hari ke 29 mereka tinggal di rumahnya mrk harus menjalani
repidtes lagi dan di lanjut dgn tes Swab kemudian keluar data Swab pertama yg positif Covid-19 +- 23 orang.
Ada tanda tanya besar mrk di Swab setelah melewati masa inkubasi lebih dr 28 hari, padahal konon virus ini masa inkubasinya 14 hari, kemudian untuk menjaga-jaga di tingkatkan sampai 28 hari.

Swab terhadap JT telah dilaksanakan sebanyak 3 kali dgn total yg postif 37 orang. Mereka yg positif 37 orang saat ini dalam keadaan baik dan sehat di tempat karàntina. Dan tidak ada satu orangpun yg menunjukan gejala terinfeksi. Corona tidak mampu menginveksi warga JT, padahal virus ini hanya butuh waktu 7 hari setelah di ketahui positif untuk membuat orang sakit atau mati menurut keterangan ahli virus.

Selanjutnya Untuk memastikan kondisi kesehatan keluarga JT (anak dan istri ) mereka jg telah di repidtes. Hasilnya 99% non reaktif, sehingga mrk cukup di karantina di rumah masing masing.
Hasil yg sangat membahagiakan, tapi jg menimbulkan tanda tanya dan keheranan yg luar biasa. Kenapa virus ini tidak menular, padahal mereka tinggal satu rumah dgn seseorang/ kepala keluarga yg positif Covid-19 ???. Mereka menggunakan fasilitas yg sama: peralatan makan minum, alat mandi, tidur satu dipan dgn istri dan anaknya yg masih kecil, kadang satu keluaŕga mereka hanya memiliki satu handuk yg dipakai bersama.

Kita do’akan semoga saudara2 kita JT segera di beri jalan keluar dari musibah dan ujian keimanan yg sedang menimpanya. Wallahu A’lam bissawab.

Penulis adalah Ketua Forum Umat Islam – FUI Dompu

Komentar

Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Bijaklah dalam pemilihan kata yang tidak mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA. Salam hangat. [Redaksi]