oleh

Keluarga Terduga Teroris Nurdin Sesalkan Prosedur Penembakan

DOMPU—Keluarga terduga teroris Ustad Nurdin alias Deo yang ditembak mati dikediamanya Desa O,o Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu NTB oleh tim densus 88 pada sabtu sore 20 september 2014 sekitar pukul 15.30 wita menyesalkan prosedur penembakan yang dilakukan aparat polisi saat penggerebekan. Menurut sejumlah keluarganya kejadianya berlangsung cepat disaat Nurdin sedang melaksanakan shalat ashar empat rakaat didalam kamar yang berukuran sekitar 2,5 x 2,5 meter.

 

Salah seorang keluarganya, H Kamaruddin menceritakan sore itu suasana seperti biasa, tetapi tiba-tiba datang sejumlah aparat densus mengepung. Didalam rumah hanya ada Nurdin yang sedang melaksanakan shalat dan istrinya. Saat penggerebekan terjadi istrinya disuruh keluar oleh tim debsus, tetapi sebentar kemudian terdengar suara letusan senjata.

Tidak diketahui dari senjata siapa yang menyalak, keluargapun tidak terlalu curiga telah terjadi sesuatu didalam kamar tempat ustad Nurdin Shalat, ditambah lagi sikap aparat yang mengepung rumah yang biasa-biasa saja. Hanya saja masyarakat sekitar dilarang mendekat, sementara sejumlah aparat bersenjata berjaga-jaga disekitar itu.

Informasi yang diperoleh menyebutkan setelah ditembak ustad Nurdin langsung dibawa keluar dan dilarikan menuju arah Kabupaten Bima. Tetapi keluarga tidak tahu proses itu, mereka merasa Nurdin masih berada didalam rumah dan diintrogasi oleh petugas. Barulah sehabis magrib setalah aparat bubar mendapatkan kondisi kamar tempat ustad shalat sudah kosong dan berhamburan darah dilantai dan didinding, lebih-lebih dipintu kamar yang dibungus triplek terlihat dengan jelas darah yang menempel.

H Kamaruddin mengaku sangat bersedih setelah menonton televisi yang menyiarkan kejadian itu. Dimana Kabid Humas Mabes Polri menyatakan terduga teroris Dompu terpaksa ditembak karena melakukan perlawanan. ‘’Coba lihat pak kondisi kamar yang sempit ini, bagaimana bisa melawan dengan posisi seperti ini,’’ sesal H Kamaruddin.

Dia hanya minta agar petinggi Polri tidak memutar balikan fatka yang sesungguhnya. Soal kematian Ustad Nurdin menurutnya itu mungkin sudah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya. ‘’Tetapi tolong, jangan putar balikan fakta ini,’’ pinta bersedih.

Sementara saudara sepupunya, Ustad Jalil juga menyesalkan cara-cara penggerebekan yang menyebabkan saudaranya tewas mengenaskan. Pengajar dibeberapa Ponpes ini mengakui kalau peristiwa itu seluruh keluarganya sudah ihlas atas kepergianya. ‘’Insya allah keluarga kami baik-baik, tidak mempermasalahkan atas kematianya, tetapi prosedur dan fakta yang sebenarnya itulah yang ingin diluruskan,’’ terangnya.

Dia menilai banyak kejanggalan dalam aksi penggerebekan yang dilakukan oleh tim densus 88 seperti adanya perlawanan dan ditemukan sejumlah barang bukti. Diapun menunjukan bukti kamar sempit tempat ustat Nurdin shalat dan ditemukan banyak ceceran darah.

Dan kejadianya menurut dia berlangsung begitu cepat hanya beberapa menit masuk terdengar letusan senjata setelah itu tidak ada lagi. Letusan terdengar lagi setelah beberapa barang bukti dikumpulkan dan diledakan yang bunyinya malah lebih keras dari suara mercon. Sebagai keluarga yang dipercaya untuk menyelesaikan masalah tersebut Ustad Jalil menyampaikan tidak ada masalah dengan kematian adiknya Nurdin karena itu mungkin sudah takdirnya.

Tetapi lagi-lagi dia menggugat proses penggerebekan yang dilakukan kemudian diikuti oleh pemberitaan seolah-olah ada perlawanan. Dia meyakini tidak ada perlawanan oleh Nurdin mengingat kondisinya sedang melaksanakan shalat. Keterangan yang diperoleh dari istri Nurdin, lanjutnya, hanya beberapa saat saja setelah disuruh keluar petugas senjata langsung terdengar meletus. ‘’Tolong jangan putarbalikan fakta yang sebenarnya, kami keluarga sudah ihlas dan rela atas kematian Nurdin,’’ terangnya.

Dia juga merasa sangat aneh antara mayat Nurdin dengan barang bukti. Menurutnya kalau benar ada barang bukti seperti yang dintujukan aparat senjata atau bom, kenapa tidak langsung diamankan dan dibawa bersama-sama dengan mayat Nurdin. Setelah mayat tidak ada barulah kepala desa O’o Kecamatan Dompu yang diwakili oleh Kaur Kesra Abdul Muis disuruh menyaksikan BB tersebut. ‘’Ini sangat aneh menurut saya,’’ terangnya.

Terkait dengan keseharian Nurdin, Ustad Jalil sendiri tidak mengetahuinya, karena pasca kejadian di Ponpes Umar Bin Khatab Bima dan kejadian penembakan terduga teroris di terminal Ginte Dompu Nurdin sangat jarang kelihatan. ‘’Untuk kegiatanya sehari-sehari, saya sudah lama tak bertemu dan tidak mengetahuinya,’’ ujar Jalil.

Untuk itu atas nama keluarga Ustad Jalil meminta kepada aparat kepolisian segera mengembalikan jenazah Nurdin agar bisa dikuburkan secara baik-baik dikampung halaman. Dia juga meminta agar barang bukti berupa tiga unit Handphone dan uang Rp 2 juta supaya dikembalikan. Karena dari tiga HP itu, dua diantaranya milik tetangga, sedangkan uang Rp 2 juta yang disita adalah milik Aminah juga tetangga seorang pedagang.

Sementara Kapolres Dompu AKBP Purnama SIK dalam jumpa pers yang digelar sabtu malam usai penggerebekan mengakui tidak tahu menahu penggerebekan yang dilakukan oleh densus 88. Polres Dompu mengetahui setelah dilakukan penggerebekan, selanjutnya sejumlah personil polisi ditempatkan disekitar rumah itu untuk mengamankan.

Begitu juga siapa terduga pelaku yang digrebek, termasuk bagaimana nasib terduga teroris apakah meninggal atau tidak, pihak Polres belum menerima keterangan. ‘’Tugas Polres hanya ikut mengamankan lokasi,’’ terangnya.

Pantuan dilapangan sore itu, setelah isu penggerebekan terdengar sejumlah warga dari berbagai desa disekitar itu berdatangan. Mereka ingin menyaksikan langsung proses penggerebekan tersebut. Tetapi ratusan warga yang berdatangan hanya bisa menyaksikan dijalan, karena akses rumah kediaman terduga teroris yang masuk gang ditutup aparat, para jurnalis juga tak diperkenankan masuk dan mendekat dilokasi penggerebekan.

Usai shalat magrib aparat membubarkan diri, barulah warga sekitar bisa mendekat kerumah kediaman terduga teroris. Umumnya masyarakat mengira tidak terjadi sesuatu dalam aksi penggerebekan tersebut dan menyangka terduga teroris masih ada dalam rumah dan akan dibawa keluar hidup-hidup.

Komentar

Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Bijaklah dalam pemilihan kata yang tidak mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA. Salam hangat. [Redaksi]