oleh

Penetapan Hari Jadi Dompu Sarat Kepentingan, 1815 Sebagai Jalan Tengah

Generasi sekarang mengenal 11 april tahun 1815 sebagai tahun dimulainya peradaban masyarakat di Kabupaten Dompu. Itu artinya saat 1815 lah dimulainya perhitungan keberadaan Kabupaten yang bermotto nggahi rawi pahu ini. Saya tidak mengupas kapan sebenarnya daerah kita tercinta ini mulai ada apakah ratusan, ribuan bahkan jutaan tahun yang lalu, tetapi saya akan menyampaikan bagaimana proses penetapan hari jadi itu ada.

Mungkin ada yang berpikiran penetapan hari jadi Dompu segampang membalikan telapak tangan, tidak demikian, untuk menetapkan hari jadi yang kita kenang setiap 11 april membutuhkan waktu bertahun-tahun, mengeluarkan tenaga dan pikiran bahkan material. Lamanya proses penetapan itu lebih disebabkan oleh factor kepentingan, kepentingan bagi elit-elit tertentu terutama dalam melanggengkan keturunan yang diakui sebagai peradaban yang syah yang pernah hidup dan memimpin daerah ini.

Pembicaraan seputar hari jadi Dompu sebenarnya dimulai pada massa pemerintahan putra daerah Drs HM Yakub MT, Drs H Umar Yusuf, Drs H Hidayat Ali dan berakhir pada pemerintahan H Abubakar Ahmad SH. Bahkan pada pemerintahan Drs H Umar Yusuf sempat ditetapkan tanggal 12 september 1947 sebagai hari jadi Dompu atau bertepatan dengan pengangkatan sultan Dompu terakhir yakni Sultan M Tajul Arifin sebagai kepala daerah Swaparaja.

Tetapi penetapan itu dianggap sepihak karena tidak melibatkan berbagai elemen didaerah dan penentangan penetapan tanggal tersebut berdatangan dari berbagai kalangan. Akibatnya tanggal tersebut batal ditetapkan melalui keputusan daerah sampai Bupati Drs H Umar Yusuf tidak terpilih kembali karena diganti oleh Putra daerah yang lain Drs H Hidayat Ali. Pada periode ini pun penetapan hari jadi bukan tidak pernah dilakukan tetapi selalu gagal karena tak berhasil mendapatkan kata sepakat.

Hari jadi Dompu kembali intens dibicarakan dimasa pemerintahan H Abubakar Ahmad SH bahkan dengan mengundang pakar sejarah yang dinilai berkompoten serta memahami Kabupaten Dompu. 15 agustus 2001 bertempat digedung Sama Ngawa (gedung yang kini rusak akibat dihantam gempa 2007) dilakukan seminar sehari tentang hari jadi Dompu dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat, birokrat, tokoh masyakat, tokoh agama, budayawan, tokoh pemuda dan perempuan, lagi-lagi tidak membuahkan hasil karena terjadi perbedaan yang tajam dan tarik menarik kepentingan.

Karena tidak ada kata sepakat Bupati Dompu H Abubakar Ahmad SH membentuk tim perumus hari jadi Dompu dengan nomor surat keputusan 172 tahun 2001 yang diketahui oleh Drs HM Yakub MT (almarhum) dan sekretaris Drs Zainal Arifin HIR. Tim ini bertugas melakukan penelurusan sejarah tentang Dompu dan diajukan tanggal 24 september 1545 sebagai hari jadi dengan dasar pada saat itu dilakukan pelantikan sultan pertama Dompu yakni Sultan Syamsuddin, sultan ini diakui sebagai salah satu sultan yang mensyiarkan islam ditanah Dompu.

Lagi-lagi hasil tim perumus mendapat penentangan yang luar biasa dari berbagai elemen, nama raja dan sultanpun terseret kedalam pembahasan penetapan hari jadi Dompu ini. Dua anggota DPRD saat itu yang berasal dari keturunan sultan yakni Drs Syafrin AM dan H Amajid MT juga terlibat pertarungan mempertahankan tanggal dan tahun ini, Syafrin bertahan tanggal 12 september 1947 sebagai tonggak sejarah karena bertepatan dengan dilantiknya sultan terakhir M Tajul Arifin Sirajuddin, sementara Majid MT bertahan dengan 24 september 1545 manakala dilakukan pelantikan sultan pertama sebagai tonggak peradaban masyarakat Dompu dan tonggak peradaban syiar islam dinegeri Dompu.

Bupati Dompu H Abubakar Ahmad SH tampaknya sulit menyatukan sejumlah pendapat itu karena penetapan hari jadi belum bisa dilakukan mengingat perbedaan pendapat soal kesultanan yang tajam. Bahkan Ompu Beko sempat berkelakar ingin menggali sejarah keturunanya di kerajaan Mpuri (karena Ompu Beko berasal dari Mpuri) untuk ditetapkan sebagai sebuah tonggak peradaban Dompu.

Ompu Beko memang memiliki komitmen yang kuat bahwa pembahasan hari jadi Dompu harus tuntas dimasa kepemimpinanya, karena itu dia kembali mengundang sejarawan asal Dompu yang tinggal di Bandung Prof Helius Syamsuddin untuk mempresentasekan tentang sejarah Dompu. Didampingi dua budayawan Dompu El Hayat Ong dan M Chaidir yang juga adik kandung Helius Syamsuddin melakukan presentase tentang sejarah Dompu.

Heliyus lebih tertarik kepada sebuah bencana yang luar biasa dahsyatnya yang tidak saja meluluh lantahkan kerajaan Dompu dan sekitarnya tetapi juga bencana yang meluluh lantahkan peradaban dunia dengan letusan gunung Tambora yang terjadi 11 april 1815. Akibat letusan itu tidak hanya beberapa kerajaan seperti kerajaan Pekat, Tambora dan Sanggar yang lenyap ditelan bumi, tetapi juga mempengaruhi iklim dunia, dimana-mana terjadi gagal panen yang menyebabkan kelaparan, di Eropa beberapa musim panas tidak ada karena tertutup kabut, bahkan tercatat bala tentara Napoleon kalah perang akibat dipengaruhi letusan gunung Tambora.

Helius Syamsuddin memandang bencana itu sebagai tonggak sejarah, karena pasca letusan masyarakat Dompu kembali membangun peradabanya sebagai kehidupan yang baru. Tampaknya pandangan sejarahwan Helius bisa diterima oleh berbagai elemen, diterima karena dianggap sebagai jalan tengah dan diterima karena elit-elit didaerah dan berbagai komponen sudah sangat lelah membahas, menelurusi, mendiskusikan tentang hari kelahiran Dompu.

Adanya keinginan untuk membahas kembali bahkan menggugat keputusan penetapan hari jadi Dompu adalah patut diapresiasi sebagai sebuah panggilan dan tanggung jawab bagi generasi sekarang yang peduli terhadap masa lalu daerahnya. Tetapi hendaknya dapat diambil hikmah atas semuanya bahwa Dompu bahkan daerah lainpun memang sulit untuk dicari kapan mulai ada.

Letusan gunung Tambora adalah bencana yang mengharu biru, tetapi letusan itu telah meninggalkan sejarah yang menggemparkan dunia, puluhan, ratusan bahkan jutaan tahun kedepan sejarah letusan Tambora akan menjadi emas bagi anak cucu kita, mereka akan dapat meraup dollar dari sejarah yang pernah ada, karena sejarah ini tidak akan pernah hilang sampai kapanpun, orang dari manapun akan terketuk untuk datang menyaksikan sisa-sisa letusan ke kawah Tambora.

Salam Redaksi……

Komentar

Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Bijaklah dalam pemilihan kata yang tidak mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA. Salam hangat. [Redaksi]