oleh

Sulit Untuk Setia…

Bram 31 tahun, seorang swasta muda tengah menanjak usahanya. Anaknya dua dari hasil perkawainanya dengan Karina. Sebenanya nama aslinya Ibrahim, tapi karena ingin tampil lebih kren dia perpendek namanya menjadi Bram.

Bram bukan tipikal ugal-ugalan dalam segala hal, terutama soal wanita. Dia telah berjanji akan berusaha setia bersama istri tercintanya dan tak akan menoleh sedikitpun pada wanita yang lain.Walaupun kemampuan untuk itu bisa saja mengingat kondisi fisik tidak mengecewakan, tinggi semampai, kulit coklat, hidung tidak pesek, pokoknya tampanlah.

Ditambah lagi kondisi keuangan yang cukup memadai untuk urusan menyenangi seorang wanita, bagi Bram tidaklah sulit karena Bram sudah bertekad dan bersimpuh untuk setia kepada istri dan dua anaknya laki-perempuan.

Bagi Bram istrinya adalah segalanya, tinggi semampai, kulitnya putih, matanya bulat, cantiknya mendekati bintang filem Mandarin. Begitu juga dua anak yang dilahirkan mereka ganteng dan cakap mendekati face ibunya. Pokoknya puaslah, tidak ada yang mengecewakan.

Tetapi Bram memiliki usaha yang mengharuskan dia untuk datang ke ibukota Jakarta, dia sering bolak balik. Semula didalam pesawat maupun taksi wajah istri selalu membayanginya karena sangat cinta kepada mereka. Tetapi sehebat-hebatnya lelaki ternyata bisa juga tergoda.

Bram memang bukan tipikal arjuna yang senang membagi cinta, tetapi dia bukanlah seorang Yudistira berkacamata kuda yang pandangannya terpatok hanya pada satu wanita. Bram memang tidak tergolong laki laki yang suka main perempuan. Namun dia juga ternyata bukan laki laki lugu yang akan mengalihkan pandangan ketika melihat kaum hawa yang terlihat mengkilat.

Naluri lelakinya juga terkadang muncul ketika melihat paras cantik. Suatu waktu sekitar pukul 10.00 dia berada di Bandara untuk menuju ibukota. Bram diakui bukan tipikal sembarangan untuk urusan pakaian, sesuai umurnya dia selalu memilih pakaian yang cocok dan gaul serta bermerek.

Disudut ruang tunggu dia terganggu dengan pandangan seorang gadis cantik dengan rambut yang sedikit terurai dan mengkilat karena sering dirawat. Dia kagum dengan kecantikan gadis manis itu yang terkadang sempat bertatap dari arah kejauhan. Dalam hati Bram bersyukur betapa Tuhan sangat berhati-hati menciptakan gadis manis tersebut.

Tidak lama berkhayal betapa Tuhan menciptakan gadis itu dengan sempurna, suara panggilan agar penumpang segera naik pesawat terdengar. Brampun segera mendekati pintu dan menyerahkan bording pas untuk segera naik pesawat, tidak lupa dia menoleh kebelakang dan dilihatnya sang gadis itu ikut pula menaiki pesawat yang ditumpanginya.

Petaka kesetian benar-benar terjadi, ternyata sang gadis menempati kursi yang sama dengan Bram, kikuk, grogi langsung menghantam perasaanya, namun demikian tetap berusaha tenang dan berusaha menjadi pria super kalem. Harum semerbak langsung menyeruak disela-sela hidung begitu gadis itu menghentakan pantatnya dikursi sampingnya. Naluri kelelakian benar-benar diuji untuk kesetiaan, Bram berusaha diam dan tidak bersuara.

Hal itu dilakukan karena dia takut semuanya menjadi berubah karena siapapun yang melihat gadis itu sulit untuk tak tergoda. Pesawat sudah berada diangkasa, karena duduk dekat jendela Bram berusaha mengalihkan perhatian dengan memandangi alam ciptaan tuhan. Hatinya ingin sekali berceloteh dengan gadis disampingnya, tetapi perasaanya sangat takut.

Tak disangka Bram mendapat teguran lebih dahulu dengan bahasa yang santun dan biasa terdengar. Mau kemana mas, itulah pertanyaan pertama yang terdengar ditelinga Bram dari seorang gadis manis disampingnya.

Perasaan Bram bagai di bom mendengar itu, dengan sedikit anggukan untuk menutupi grogi Bram menjawab, Ke Jakarta. Berarti tujuan kita sama, kembali dijawab si gadis, Bram tidak melanjutkan lagi obrolanya karena belum memiliki bahan dan belum memiliki kemampuan untuk menguasai obrolan seperti itu.

TetapI otak Bram terus berpikir cara memulainya agar semuanya menjadi cair dan tak terlihat grogi. Bram kemudian memberanikan diri bertanya dalam rangka apa ke Jakarta. Saya kulaih mas, kebetulan libur. Semakin perasaan Bram tak karuan karena menghadapi anak kuliahan yang tentu saja menurutnya pasti cerdas.

Perbincanganpun terus berlanjut, mulai soal kuliah sampai kepada hal-hal yang lain. Bram pun menyelipkan beberapa kata-kata nakal untuk memberi sinyal bahwa dia suka kepada gadis manis itu. Sambutanpun cukup baik, dan semakin gila sang gadis selalu tersenyum kearah Bram sebagai tanda dia tidak marah atas selipan kata-kata nakal.

Sampai akhirnya berpisah di Bandara Soekarno-Hatta karena sang gadis dijemput oleh seseorang yang katanya adalah paman, tetapi sebelumnya sudah bertukar nomor handphone untuk saling kontak.

Bram mengakui kata-kata setia bagi seorang lelaki hanya berbatas sebelum menemukan seseorang yang disukai, karena setelah itu berdua sering kontak bahkan sesekali bertemu di Jakarta untuk sekedar bercengkrama. Maafkan aku sayang, aku tak kuasa untuk tidak tergoda. Begitu selalu Bram berujar dalam hati untuk istrinya tercinta bila sempat bertemu dengan gadis manis yang disukainya.

Komentar

Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Bijaklah dalam pemilihan kata yang tidak mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA. Salam hangat. [Redaksi]

News Feed