oleh

Jam Tangan untuk Ayah

Oleh : Iwan Sakral

Respaty berlari kencang..’Panas sperti menghanguskannya. Deretan toko-toko itu ia lampau dengan cepat. Tiga perempatan jalan ia seberangi. Bajunya telah kuyub oleh keringat. Tapi matanya bercahaya terang.

Ditangannya ada sbuah kotak mungil brwarna merah. Isinya sebuah jam tangan yang dibelinya dari emperen toko dekat lampu merah. Tiga Bulan ia bekerja keras menjadi penjual koran selepas jam sekolah. Respaty terus berjalan cepat, di kepalanya hanya terbayang wajah seorang lelaki tua berahang kukuh.

Lelaki yang seumur hidup Respaty selalu ada untuknya. Mengajarinya segala hal. Tiga Bulan lalu ia melihat lelaki tua itu diolok olok temannya sesama petani miskin karena tidak punya jam tangan sehingga tidak tau waktu shalat dzuhur dan ashar.

Sejak itu Respaty berjuang untuk sebuah jam tangan. Respaty terus berjalan.. Ia tersenyum membayangkan betapa bahagia ayahnya menerima hadiahnya. Ia ingin sekali mbhagiakan ayahnya. Ingin sekali melihat senyum ayahnya.

Trakhir respaty melihat ayahnya tersenyum sudah lama skali.. Waktu ia masuk SD dan di hari pertama memakai baju warna merah putih itu ia meninju dagu seorang anak orag kaya yg menghina ayahnya karena datang memakai sandal butut dan sarung lusuh.

Ayahnya tersenyum senang dan mengusap kepalanya. Respaty tak memiliki ibu lagi.. Ia hidup dengan dua adiknya yang masih kecil. Tapi ayahnya adalah ibu yg hebat.. Nenek yg pintar sekaligus bapak yg tiada duanya.
Atap rumahnya sudah kelihatan.. Diujung gang yang ada pohon sawonya itu Rumahnya. Biasanya ayah ada di depan. Siang begini biasanya ayah sibuk mengayun adiknya yang pling kecil disebuah ayunan depan rumah sederhananya.
Dari jauh rumahnya terlihat sngat ramai.. Dada Respaty bergemuruh hebat.. Dari balik pagar ia melihat sebuah keranda mayat. Lau diruang tengah ia melihat sesosok tubuh terbujur. Suara orang-orang yang membaca surat Yasin seperti tikaman pedang di ulu hatinya ketika melihat dua adiknya bersimbah air mata memeluk kaki yg trbujur kaku itu.

Ayahnya trnyata telah tiada, Resapaty menyingkap kain kafan itu.. Melihat wajah keras dan keriput ayahnya. Wajah lelaki yg sangat mencintainya. Lelaki tua ang sudah memberikan segalanya untuk hidup Respaty.

Gemetar tangan Respaty mencium kening ayahnya.. Tangannya bergerak meletakan jam tangan itu di dada ayahnya. “Aku hanya mau melihat ayah tersenyum”” ujarnya lirih.. Lau semuax gelap..
Rasanggaro, 7 Maret 2017.
*Ibumu adlah malaikat tanpa syap..
* Tapi ayahmu adalah orang biasa yg mencintaimu tanpa kata.

Komentar

Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Bijaklah dalam pemilihan kata yang tidak mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA. Salam hangat. [Redaksi]