oleh

Satu Jam Bersama Nelayan Teluk Cempi

Menjadi nelayan ternyata tidak seindah yang dibayangkan, pergi melaut pulang membawa ikan yang banyak dan dijadikan uang yang banyak pula, apalagi menjadi nelayan tradisional dengan perahu kecil dan alat tangkap apa adanya.

Satu jam bersama dengan nelayan diteluk Cempi rasanya dapat memahami kesulitan yang mereka hadapi karena sewaktu-waktu maut selalu mengintai. Laut Cempi sangat dikenal dengan ganasnya ombak tetapi apa hendak dikata bagi sebahagian warga disana itulah pilihan yang harus diterima, untuk berusaha didarat sudah tidak punya lahan dan membutuhkan modal yang cukup besar.

Menurut Zaidin menjadi nelayan diperairan teluk Cempi Hu’u harus menerima berbagai cobaan sebab sewaktu-waktu air dapat tiba-tiba bergolak dan menjadi momok yang sangat menakutkan. Tetapi bagi sebahagian besar nelayan disana kondisi seperti itu sudah terbiasa karena keturunan mereka juga seperti itu. ”Kami sudah terbiasa dengan berbagai cobaan pak,” ungkap Zaidin.

Sebagai nelayan tradisional rezeki yang didapat setiap turun kelaut, kisaran Rp 75 ribu sampai Rp 100 ribu, tetapi terkadang pulang dengan tangan kosong terutama saat cuaca ekstrim terjadi. Menjadi nelayan bagi mereka bukan pilihan tetapi karena tidak ada pekerjaan lain didaratan terpaksa itu harus dilakoni walau selalu berhadapan dengan maut.

Komentar

Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Bijaklah dalam pemilihan kata yang tidak mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA. Salam hangat. [Redaksi]