oleh

Pemijat Plus, Gembok Area Sensitif

Bibir berbalut gincu merah muda itu tak berhenti menghisap rokok putih. Kisah hidup pun mengalir dengan lancar. Namanya Nina, usianya 25 tahun. Salah satu pemijat plus bergembok di Malang, Jawa Timur. Wajahnya ayu, dengan rambut panjang dicat kemerahan.

Nina mengaku baru setahun menjalani profesi tersebut. Sebelumnya dia empat tahun menjalani profesi sebagai Sales Promotion Girl (SPG) produk kosmetik. Tak puas dengan penghasilannya, dia memilih keluar.

“SPG itu pendapatannya kecil. Gaji pokok waktu itu kurang dari Rp 2 juta. Tuntutan kerja harus pakai kosmetik, high heels dan macam-macam. Untuk penampilan aja pas-pasan,” kata Nina ketika berbincang dengan merdeka.com di Malang, beberapa waktu lalu.

“Belum lagi dikejar target. Bosnya suka kurang ajar. Pengunjung mal juga nganggep kita cewek murahan. Goda-godain ngajak nginep. Nggak sebanding gaji dengan pengorbanan,” lanjutnya.

Nina mengaku diajak seorang temannya bekerja di panti pijat. Awalnya ogah, tetapi setelah mendengar cerita temannya, tertarik juga. Pertama karena pendapat besar, kedua kerjanya santai. Hanya bekerja jika ada tamu. Jika tak ada bebas nonton TV sambil tidur-tiduran. Dia tak perlu lagi berdiri seharian di mal dengan sepatu hak tinggi.

Nina menjalani training selama sebulan. Setelah itu baru bekerja sebagai pemijat atau terapis. Gadis ini kini mengaku sudah pintar memijat, mulai dari tradisional hingga shiatsu.

Uniknya, pengelola panti pijat menggembok celana panjang para pemijatnya. Alasan pengelola, supaya tak terjadi perbuatan mesum antara pemijat dan pelanggan.

Nina mengaku walau celana digembok, tetap saja para pemijat itu melayani servis lebih. Walau tak sampai hubungan intim, ada tawaran plus untuk para lelaki. Servis plus-plus itu tergantung permintaan pelanggan. Tarifnya berkisar Rp 150.000 sampai Rp 300.000.

“Dipijat daerah sensitifnya. Itu yang biasa aku tawarkan sama pelanggan,” kata Nina. Dia juga mengaku tak pernah mau langsung diajak keluar oleh pelanggan panti pijat. Butuh PDKT (pendekatan) beberapa kali sebelum dia mau diajak keluar. “Aku malah senang ada aturan itu (gembok).

Jadi pelanggan tahu nggak bisa macam-macam. Kalau mereka mau minta yang lain-lain, aku kasih lihat. Nggak bisa nih lihat digembok,” kata Nina. “Aku sih nggak cari uang dari hubungan intim.

Kadang ada pelanggan yang asyik, enak diajak ngobrol. Terus beberapa kali ketemu, nanti kalau kita berhubungan intim ya bukan karena uang. Tapi karena suka sama suka. Paling biasanya dikasih tips untuk beli baju atau tas,” beber Nina. Nina tak mau mengurusi kawan-kawannya yang kerap juga menerima panggilan di luar.

Dia tak menampik memang ada pemijat yang bisa melayani pria di hotel. “Biar saja deh mereka seperti itu. Aku nggak mau,” akunya. Dari memijat, Nina bisa mengantongi sedikitnya Rp 6 juta setiap bulannya. Kebanyakan dari tips pelanggan. “Ya lumayan untuk jalan-jalan,” katanya sambil tertawa.[ren]

Komentar

Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Bijaklah dalam pemilihan kata yang tidak mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA. Salam hangat. [Redaksi]